Indonesia dikenal luas sebagai salah satu negara dengan kekayaan alam yang melimpah ruah. Saking kayanya, hampir di setiap provinsi dari pulau di ujung barat hingga timur, semuanya memiliki flora dan fauna yang khas. Termasuk pula dengan fauna berjuluk monyet bekantan.
Jenis satwa khas tanah Borneo ini bisa ditemui di muara pinggir sungai, hutan rawa, dan hutan mangrove di kawasan Kalimantan. Sayangnya, satwa endemik satu ini terancam punah (endangered) karena terus disasar pemburu tak bertanggung jawab untuk dijual di pasar gelap.
Baca Juga : Langkah-langkah Cara Merawat Iguana Bagi Pemula Lengkap
Binatang yang Selalu Jadi Maskot Pemerintah dan Swasta
Bekantan memiliki bulu berwarna coklat kemerahan pada bagian bahu dan punggungnya, hingga ke bagian tengah. Sementara dada, leher, pinggang, pantat, dan ekornya berwarna krem. Kaki dan tangan bekantan yang panjang memiliki warna abu-abu. Ditambah dengan aksen warna oranye yang makin mencolok dengan menutupi sebagian bahu. Pun dengan ‘topi bulu merah gelap’ yang menutupi bagian kepalanya.
Bukan hanya warna dan aksen nyentrik saja yang menjadi keunikan dari bekantan, namun juga wajahnya yang berwarna merah-daging dan mata kecil berwarna coklat. Bentuk telinga bekantan cenderung kecil dan lurus ke atas kepala.
Keunikan yang dimiliki bekantan ini membuatnya kerap dijadikan sebagai maskot oleh pemerintah daerah dan swasta. Sebut saja ajang Asian Games, maskot Provinsi Kalimantan Selatan, dan Dunia Fantasi, yang pernah dijamah oleh satwa berhidung besar ini.
Dalam kurun 1 musim, bekantan hanya mampu melahirkan satu bayi saja. Untuk periode kehamilannya sendiki memakan waktu sekitar 166 hari. Umumnya, bekantan akan melahirkan bayinya pada malam hari dan bayi baru lahir itu biasanya mempunyai wajah kebiruan dengan bulu hampir berwarna hitam yang masih jarang-jarang.
Saat usia bekantan menginjak 3 atau 4 bulan, akan terjadi perubahan warna pada bulu dan kulitnya. Ini mengindikasikan bahwa anak bekantan tadi sudah dewasa.
Monyet bekantan betina akan saling bekerja satu sama lain, dimana mereka akan saling menjaga sekaligus menyusui anak bekantan lain, meski bukan merupakan darah dagingnya. Bayi-bayi bekantan hanya akan ‘lepas’ dari pengawasan sang ibu setelah satu tahun, dimana saat itu si ibu sudah memiliki bayi lainnya.
Kematangan seksual akan dicapai oleh bekantan jantan pada sekitar 4 sampai 5 tahun, sedangkan betina dalam 4 tahun. Kala itu, usia mereka sekitar 20 tahunan.
Hewan primata satu ini termasuk dalam keluarga Genus Nasalis yang mempunyai 2 subspecies, yakni Nasalis Larvatus Larvatus & Nasalis Larvatus Orientalis.
Diketahui, spesies Nasalis Larvatus Larvatus tinggal di hampir seluruh bagian dari pulau Kalimantan, sementara Nasalis Larvatus Orientalis umumnya mendiami bagian timur laut Pulau Kalimantan.
Bekantan sendiri dikenal sebagai satwa yang cukup sulit untuk ditangkap. Ini karena mereka lebih senang tinggal di hutan campuran, hutan mangrove, hutan bakau, hutan dataran rendah dekat air tawar, atau sungai. Dimana tempat-tempat tersebut memiliki medan yang tergolong sulit untuk dilalui oleh manusia.
Bekantan juga lebih memilih untuk tidur atau istirahat di hutan yang lokasinya tidak jauh dari sumber mata air. Mereka cenderung menghindari kawasan terbuka dan pemukiman manusia. Konon kabarnya, bekantan tidak akan bergerak lebih jauh dari 600 meter dari sungai/perairan.
Dilansir dari Bismark, hingga tahun 1994, populasi bekantan di daerah Kalimantan diperkirakan berjumlah 114.000 ekor. Tapi, lewat simposium PHVA bekantan di tahun 2004, populasinya berkurang drastis dan hanya menyisakan sekitar 25.000 ekor saja. Yang mana dari total 25.000 ekor, 5.000 ekor diantaranya ditempatkan di daerah konservasi.
Baca Juga : 10 Fakta Unik Musang Rase yang Wajib Kamu Ketahui
Fakta Unik Soal Bekantan
1. Bentuk dan Ukuran Fisik Bekantan
Satwa ini kerap disebut sebagai monyet Belanda karena mempunyai bentuk hidung memanjang dan menggantung. Selain itu, masyarakat asli Kalimantan lebih akrab memanggilnya dengan nama raseng, kahau, atau pika.
Tubuh monyet dewasa diyakini mampu berkembang hingga 53 sampai 76 cm dengan berat 7 sampai 22,5 kg, yang mana ukuran tubuh bekantan jantan terbilang lebih besar dibandingkan tubuh betinanya.
Bekantan memiliki bentuk perut yang terlihat besar lantaran kebiasaannya dalam mengkonsumsi makanan pucuk daun mangrove, buah-buahan, serangga, kepiting, dan kulit pohon. Dimana dedaunan itu akan menghasilkan cukup banyak gas ketika dicerna oleh tubuh, sehingga menghasilkan efek buncit pada perut satwa ini.
2. Hidup Dalam Kelompok Besar
Diwartakan dari beberapa sumber, bekantan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berada di atas pohon. Dalam suatu populasi bekantan, mereka biasanya akan membuat kelompok besar dengan anggota 10-32 ekor bekantan. Nantinya, akan ditunjuk satu ‘kepala suku’ untuk memimpin kawanan bekantan lainnya.
Pembagian kelompok bekantan didasarkan pada 2 acuan, yakni one-male atau all-male. Seperti namanya, kelompok yang mengadopsi sistem one-male hanya akan memiliki 1 jantan dewasa dalam kawanannya. Sedangkan posisi lainnya akan diisi dengan beberapa bekantan betina dewasa dan anak-anaknya.
Kelompok all-male diisi oleh beberapa bekantan jantan. Jantan-jantan yang telah menginjak usia dewasa dalam kelompok one-male, akan memutuskan untuk memisahkan diri untuk kemudian bergabung pada kelompok all-male.
Baca Juga : 5 Trik Cara Merawat Hamster Campbell yang Baik dan Benar
3. Mamalia Darat yang Pandai Berenang
Meski cukup populer di kancah internasional, lagaknya masih saja ada sebagian orang yang tidak tahu jika bekantan adalah perenang yang handal. Kemampuan itu didukung oleh keberadaan selaput pada sela-sela jari kaki bekantan. Tidak hanya itu, bekantan juga memiliki hidung besar semacam katup yang berguna untuk menunjang kemampuannya menyelam selama beberapa detik.
4. Endangered
Perburuan bekantan terus berlangsung hingga saat ini. Daging bekantan diberitakan menjadi umpan yang ampuh untuk menarik perhatian labi-labi, atau kura-kura berpunggung lunak. Akibat aktivitas ini, status konservasi satwa Borneo ini mengalami penurunan, dari yang semula Rentan (Vulnerable) pada tahun 1986-1996, menjadi Terancam Punah (Endangered) pada tahun 2000 sampai saat ini.
5. Terancam Kehilangan Habitat Aslinya
Kemerosotan jumlah bekantan ternyata bukan hanya dikarenakan perburuan liar yang memang marak terjadi beberapa waktu belakangan ini, namun juga alih fungsi lahan hutan sebagai kawasan industri yang menghancurkan habitat asli bekantan. Guna memenuhi kebutuhan perekonomian daerah juga nasional, beberapa pihak tak berperikemanusiaan rela mengusir bekantan dari daerah asalnya.
Alhasil, kelompok-kelompok besar bekantan terpecah menjadi beberapa kelompok kecil. Dalam kelompok kecil tersebut, satwa ini terpaksa harus melangsungkan proses kawin kerabat yang akhirnya menghasilkan keturunan dengan kualitas kurang. Disamping itu, aktivitas industri yang notabene kerap membuat kebisingan, akan membuat bekantan merasa stres dan berakibat pada buruknya proses reproduksi mereka.
6. Sedang Bertahan dari Kepunahan
Sudah ada puluhan, bahkan ratusan atau malah mencapai ribuan, upaya yang digagas oleh pemerhati lingkungan untuk menciptakan habitat baru bagi bekantan. Misalnya saja dengan penanaman kembali pohon bakau di kawasan riparian, atau batas antara sungai/laut dengan pemukiman/daratan, menggiatkan sosialisasi pada publik terkait nasib bekantan, juga pengupayaan kegiatan konservasi meliputi konservasi exsitu dan insitu.
Lewat kegiatan tersebut, satwa apendiks ini diharapkan mampu mempertahankan keturunan mereka hingga populasinya bisa kembali meningkat seperti sedia kala.
Itulah sekilas info tentang monyet bekantan. Mari kita dukung dan giatkan program pengembalian populasi bekantan sehingga anak cucu kelak masih bisa melihat langsung bagaimana keunikan fauna khas asal Indonesia.
Jangan lupa untuk ikuti perkembangan website kita dengan LIKE Facebook, Follow Twitter dan Instagram TrikMerawat.com. Jangan Lupa Juga Untuk Follow Instagram dan Subscribe Channel Youtube penulis.
Leave a Comment