Serai wangi adalah salah satu tanaman yang menghasilkan minyak atsiri. Budidaya serai wangi telah banyak dilakukan di Indonesia sejak lama. Meskipun namanya sama-sama serai, akan tetapi serai wangi memiliki bentuk yang berbeda dari serai biasa. Dan perawatannya pun juga jelas berbeda.
Serai wangi memiliki nama biologis Cymbopogon nardus. Tumbuh di daerah tropis Asia dan terkenal sebagai rempah-rempah dalam masakan Asia. Selain itu serai wangi juga dapat diseduh menjadi teh herbal, dibuat menjadi citronella oil, serta daunnya dapat menjadi sumber selulosa untuk pembuatan kardus dan kertas.
Permintaan serai wangi selalu tinggi. Sehingga menjadi ladang bisnis yang menguntungkan bagi yang membudidayakan. Namun untuk mendapatkan hasil yang maksimal, diperlukan teknik budidaya yang benar. Oleh karenanya bagi pemula yang ingin mencoba bercocok tanam serai wangi sendiri, bisa disimak caranya berikut ini.
Baca Juga : 7 Cara Menanam Buncis di Rumah untuk Pemula yang Mudah
Budidaya Serai Wangi dari Bibit hingga Panen
1. Syarat Tumbuh
Supaya tanaman serai wangi tumbuh dengan optimal, maka pembudidaya harus memenuhi syarat tumbuhnya terlebih dahulu. Adapun syarat tumbuh serai wangi adalah sebagai berikut:
- Ketinggian yang diperlukan supaya tanaman serai wangi dapat tumbuh adalah 200 sampai 1000 mdpl. Namun untuk mendapatkan hasil rendemen dan mutu minyak atsiri terbaik, maka serai wangi lebih bagus ditanam di ketinggian 350 sampai 600 mdpl.
- Kondisi yang cocok untuk budidaya tanaman serai wangi adalah wilayah dengan suhu yang panas, lembab, serta memiliki curah hujan merata sepanjang tahun.
- Suhu ideal budidaya adalah 18 sampai 25 derajat celcius.
- Lokasi budidaya sebaiknya mendapatkan sinar matahari penuh.
- Tingkat curah hujan ideal untuk budidaya adalah 1800 sampai 2500 mm per tahun. Curah hujan bermanfaat sebagai pelarut zat nutrisi, menjaga stabilitas suhu tanaman, serta membantu pembentukan saripati, gula, sel dan enzim.
- Tanah yang cocok untuk serai wangi adalah tanah subur, gembur, dan memiliki kandungan bahan organik dari pupuk kandang.
- Jenis tanah untuk serai wangi adalah tanah mediteran kuning coklat atau coklat berpasir. Sebaliknya, tanah yang tidak baik untuk ditanami serai wangi adalah tanah liat dengan tekstur ringan.
- Tingkat keasaman tanah yang ideal adalah 6 sampai 7,5.
Setelah memenuhi semua persyaratan tersebut, pembudidaya sudah bisa memulai bercocok tanam serai wangi.
2. Persiapan Bibit
Tahap pertama dalam budidaya serai wangi adalah persiapan bibit. Perlu diketahui bahwa serai wangi diperbanyak dengan cara vegetatif, yakni melalui anakan. Meskipun bisa saja melakukan perbanyakan secara generatif, akan tetapi cara ini terbilang kurang efektif karena tingkat hidup bibit yang berasal dari biji sangatlah rendah.
Bibit serai wangi untuk budidaya harus merupakan bibit yang unggul dengan ketentuan sebagai berikut:
- Indukan tanaman bibit yang dipilih harus dalam kondisi sehat serta bebas dari hama penyakit.
- Indukan berupa rumpun tua dengan usia setidaknya 1 tahun.
- Bibit diambil dengan cara stek, yakni memecah rumpun yang berukuran besar namun tidak beruas.
- Sebagian dari pelepah daun serai wangi yang distek dipotong sepanjang 3 sampai 5 cm.
- Sebagian akar bibit dikurangi kurang lebih 2,5 cm di bawah leher akar.
Untuk 1 hektar lahan, membutuhkan bibit serai wangi sebanyak kurang lebih 30.000 sampai 40.000 dalam kondisi normal. Cara pemisahan anakan untuk bibitnya adalah sebagai berikut:
- Dari tanaman indukan berusia minimal 1 tahun, pilih bonggol yang cukup besar dengan setidaknya memiliki 4 sampai 6 tunas.
- Kemudian pisahkan bonggol rumpunnya.
- Potong atau kurangi bagian akarnya apabila terlalu panjang.
- Potong juga bagian daun dengan menyisakan kurang lebih 5 cm dari pangkal daun tertua.
- Bibit kemudian ditempatkan di keranjang pada posisi berdiri.
Baca Juga : 8 Langkah Cara Bercocok Tanam Padi dari Awal Sampai Panen
3. Pengolahan Lahan
Selanjutnya adalah pengolahan tanah. Tanah pada lahan yang akan digunakan harus diolah terlebih dahulu dengan tahapan berikut:
- Gemburkan tanah dengan cara dicangkul sedalam 35 cm.
- Bersihkan areal lahan yang akan digunakan dari rumput dan gulma.
- Biarkan lahan selama kurang lebih 2 sampai 3 hari supaya tanah dapat melakukan penguapan
- Apabila menggunakan lahan datar, buatlah bedengan dengan ukuran panjang 2 meter atau menyesuaikan lahan, dan lebar 1,5 m.
- Apabila menggunakan lahan miring, buatlah terasering supaya humus pada permukaan tanah tidak hanyut oleh air hujan.
- Jangan lupa untuk membuat saluran drainase agar tanaman tidak tergenang air.
4. Penanaman Serai Wangi
Berlanjut ke tahap penanaman. Bibit serai wangi sebaiknya disemai terlebih dahulu. Siapkan lahan persemaian dengan menggunakan media berupa tanah yang dicangkul dan dicampur pasir dengan perbandingan 2 : 1. Lalu buat bedengan selebar 80-120 cm, tinggi 25-50cm, dan panjang sesuai dengan ukuran lahan. Di atas bedengan berikan pupuk organik secara rata, lalu beri juga pohon naungan seperti alang atau daun kelapa.
Setelah melalui persemaian, bibit kemudian dipindahkan ke lahan budidaya. Pada lahan, buatlah lubang tanam secara berbaris dengan jarak tanam ideal 100 x 50 cm. Ukuran lubang tanamnya 30 x 30 x 30 cm. Lubang tanam kemudian diberi pupuk kandang yang sudah matang sebanyak 0,2 sampai 0,3 kg per lubang. Biarkan selama 2 minggu supaya mendapat sinar matahari. Setelah itu lubang tanam ditutup dengan tanah bekas cangkulan.
Penanaman dilakukan saat musim hujan dan di sore hari. Satu lubang tanam diisi dengan 2 sampai 3 bibit serai wangi, dengan posisi miring 60-70 derajat dari permukaan tanah. Kemudian bibit ditimbun dengan tanah bekas galian dan tekan merata ke sekeliling tanaman.
5. Pemeliharaan Serai Wangi
Pemeliharaan serai wangi meliputi penyulaman, penyiangan, pembumbunan, serta pemupukan. Penyulaman dilakukan 2-3 minggu setelah tanam, dengan mengganti tanaman yang layu atau mati dengan tanaman baru. Penyiangan dilakukan di awal atau di akhir musim penghujan dengan membuang gulma, serta batang daun serai wangi yang mengering.
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan. Untuk tanaman yang masih muda, pembumbunan dilakukan dengan mencangkul tipis tanah di sekeliling rumpun tanaman dengan jarak 20 cm.
Terakhir pemupukan dilakukan bertahap mulai umur 1 bulan, 6 bulan, 9 bulan, 12 bulan, serta tahun ke 3 dan ke 4. Dosis pupuk per tahun untuk per ha adalah Urea 150kg – 300 kg, TSP 25-50kg, serta KCl 125-250kg. Diberikan dengan cara dimasukkan dalam lubang melingkar dengan kedalaman 10 cm lalu ditutup tanah.
Baca Juga : 5 Cara Budidaya Kangkung Darat yang Benar untuk Pemula
6. Pemanenan Serai Wangi
Serai wangi sudah bisa dipanen saat berusia 7-8 bulan. Meski begitu daun yang dihasilkan masih belum banyak. Panen berikutnya dilakukan saat tanaman berusia 1 tahun. Lalu di tahun kedua bisa dipanen setiap 3-4 bulan sekali.
Panen sebaiknya dilaksanakan pada pagi atau sore hari dengan cara memangkas daun berjarak 3-5 cm di atas pangkal daun. Pilih daun yang berwarna hijau tua, beraroma wangi kuat, daunnya lebih lentur, dan memiliki 6-8 lembar daun tua pada masing-masing tunas rumpunnya.
Demikian penjelasan mengenai cara budidaya serai wangi dari bibit hingga panen besar. Semoga bermanfaat.
Jangan lupa untuk ikuti perkembangan website kita dengan LIKE Facebook, Follow Twitter dan Instagram TrikMerawat.com. Jangan Lupa Juga Untuk Follow Instagram dan Subscribe Channel Youtube penulis.
Leave a Comment