Mungkin Anda sering mendengar ternak lele adalah salah satu jenis bisnis yang menjanjikan. Betul sekali, namun kali ini kita akan membahas secara spesifik tentang budidaya lele bioflok yang mulai dikenal di Indonesia sejak 2014.
Ternak lele dengan teknik bioflok ini merupakan salah satu teknik dengan meningkatkan kualitas air kolam menggunakan bantuan mikroorganisme, seperti bakteri heterotrof, fungi, ragi, protozoa, dan fitoplankton. Teknik bioflok akan optimal jika perbandingan antara unsur Karbon (C) dan Nitrogen (N) sebanding (pas).
Pasalnya, mikroorganisme tadi akan memanfaatkan nitrogen organik yang berasal dari kotoran ikan. Sedangkan unsur karbon sendiri perlu ditambahkan. Penambahan karbon ini bisa berupa molases atau tetes tebu yang mengandung gula sederhana. Gula sederhana ini akan dimanfaatkan bakteri untuk berkembang biak lebih cepat dibanding fitoplankton dan bakteri pengganggu lainnya. Bakteri ini bersama-sama akan membentuk flok (gumpalan) yang aktif dan berwarna coklat tua. Jika bakteri ini mati, maka hanya berbentuk lumpur biasa.
Karena fitoplankton saja tidak cukup untuk membuat kotoran ikan bisa terurai. Maka gumpalan bakteri yang aktif ini akan mampu membantu mengatasi masalah kondisi air kolam yang semakin buruk, dan mencegah kehidupan ikan lele agar tidak terganggu.
Keuntungan Menerapkan Teknik Bioflok untuk Ternak Lele
Budidaya lele bioflok memberikan beberapa keuntungan, di antaranya:
- Lebih efisien dalam penggunaan air, karena pergantian air bisa diminimalisir.
- Tidak tergantung sinar matahari.
- Padat tebar lebih tinggi, bisa mencapai 3.000 ekor/m3.
- Menghasilkan produktivitas yang tinggi.
- Pakan lebih efisien (FCR bisa mencapai 0,7).
- Lahan yang digunakan untuk budidaya lele bioflok lebih efisien.
- Limbah yang terbuang lebih sedikit, sehingga ramah lingkungan
Nah, untuk mendapatkan sejumlah keuntungan tersebut, maka Anda harus memenuhi persyaratan berikut ini dalam menerapkan ternak lele menggunakan teknologi bioflok:
- Konstruksi kolam harus kuat, dilapisi dengan beton, terpal, dan fiber.
- Memerlukan kedisiplinan, keuletan, dan ketelitian yang tinggi.
- Memerlukan peralatan untuk aerasi dan pengadukan.
- Paham betul dengan teknologi budidaya tersebut.
Tahapan dalam Budidaya Lele Bioflok secara Sederhana
Untuk meningkatkan tingkat pemahaman Anda mengenai budidaya lele bioflok ini, maka telah merangkum beberapa tahapannya untuk Anda yang tentunya lebih mudah untuk dipahami. Yuk kita simak bersama-sama!
1. Pembuatan Kolam
Agar teknologi bioflok yang diterapkan menghasilkan produktivitas tinggi, maka hal utama yang perlu dilakukan adalah membuat konstruksi kolam bundar (tidak membentuk sudut), yang berbahan plastik dengan rangka besi anyaman.
Pertama Anda perlu menyiapkan beberapa alat dan bahan berupa:
- Besi anyaman (besi wiremesh diameter 6 mm) untuk rangka dinding kolam.
- Fiber tipis / karpet talang / tripleks 2 mm untuk pelapis dinding.
- Terpal / plastik untuk dinding dan dasar kolam.
- Pipa PVC 2 inchi dan knee 2 buah.
- Sealer (lem).
- Gunting.
- Gergaji besi.
Cara membuat kolam bundar ini yaitu:
a. Besi anyaman dipotong sesuai ukuran yang diinginkan. Kaitkan antar buku menggunakan cincin besi atau diikat kawat sebagai pengunci, sehingga kolam berbentuk lingkaran.
b. Anda bisa membuat kolam berbentuk Kolam dapat berbentuk persegi berukuran 1 x 2 m2, 2 x 4 m2, atau kolam berbentuk bundar berdiameter 2 meter. Untuk kolam persegi, sebaiknya sudut dilengkungkan untuk menghindari sudut mati.
c. Potong terpal / plastik menyesuaikan ukuran dan bentuk kolam yang diinginkan, kemudian dijahit dan dilem agar tidak bocor.
d. Terpal yang sudah jadi dimasukkan ke dalam rangka besi yang sudah disiapkan sebagai rangka kolam lele.
2. Persiapan Kolam
Ada 4 hal yang perlu dilakukan dalam tahap persiapan kolam, yakni:
- Pengisian Air
Sebelum diisi air, keringkan kolam terlebih dulu kemudian sterilisasi atau desinfeksi menggunakan kaporit 10%. Proses pengisian air ke dalam kolam dilakukan hingga ketinggian air 80-100 cm menggunakan air sumur atau air sungai.
Air sumur ini sudah di-treatment pada kolam di luar ruangan menggunakan kaporit 30 gram per m3 selama 3 hari. Sementara untuk kolam di dalam ruangan, berikan kaporit minimal 24 jam, kemudian dinetralkan dengan Sodium thiosulfat dengan dosis 15 gram/m3.
- Pemasangan Peralatan
Pemasangan peralatan meliputi, pompa, selang aerator, filter, dan pipa pengeluaran pompa. Pompa harus dipasang di tengah dan aliran air dikeluarkan di tepi kolam dengan arah keluar yang berlawanan. Aliran dibuat melingkar sehingga endapan terjadi di bagian tengah kolam. Setelah pemasangan, lakukan uji pompa terlebih dahulu untuk mengetahui kekuatan aliran arus air dan kemampuan pengadukannya.
- Perlakuan Air
Untuk perlakuan air kolam budidaya lele bioflok, dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:
- Taburkan kapur tohor 100 gr per m3, atau dolomit 200 gr per m3, atau kaptan 200 gr per m3, atau mill 150 gr per m3.
- Taburkan garam krosok (non-iodium) sebanyak 3 kg per m3 air.
- Probiotik 5 cc per m3. Jenis probiotik yang digunakan adalah bakteri heterotrof antara lain Bacillus subtilis, Bacillus licheniformis, Bacillus megaterium, Bacillus polymyxa.
- Berikan molase (tetes tebu) sebanyak 100 cc per m3 atau gula pasir 75 gr per m3.
- Kemudian air dibiarkan selama 7 hari, hingga air terlihat berubah warna dan terasa lebih licin.
- Kolam siap ditebar benih lele.
- Pengadukan dan Aerasi
Pengadukan dilakukan menggunakan blower 100 watt. Pengadukan ini bisa dimanfaatkan untuk 6 unit kolam bundar yang dipasang mulai dari awal pemeliharaan.
Blower berfungsi untuk mengaduk media supaya bahan-bahan organik teraduk rata sehingga dapat terurai secara aerobik. Tujuannya untuk meningkatkan oksigen terlarut, membuang gas karbondioksida (CO2), mengurangi penurunan pH, alkalinitas air, serta menambah kandungan oksigen untuk lingkungan kolam.
Perlu diingat, pengadukan dan aerasi ini harus selalu terjaga selama pemeliharaan dengan berbagai alasan berikut:
- Untuk menghindari efek perombakan jasad plankton yang mati akibat kandungan oksigen rendah dan amoniak tinggi.
- Untuk menjaga flok agar tetap tersuspensi di dalam air.
- Menjaga kualitas air sesuai dengan kebutuhan ikan lele.
Baca Juga: Trik Rahasia Cara Budidaya Lele Sangkuriang Cepat Panen
3. Penebaran Benih
Berdasarkan SNI Nomor 01-6484.2-2000, benih lele yang ditebar berukuran 7-8 cm dengan padat tebar 1.000 ekor / m2. Sebelum penebaran benih, sebaiknya benih lele ini direndam menggunakan vaksin (sesuai aturan pakai pada label kemasan), dengan tujuan agar terbebas dari hama.
Selain itu, Anda juga perlu menyamakan suhu air wadah benih dengan suhu kolam agar benih tidak stress saat ditebar. Biasanya benih yang sudah beradaptasi ini akan lepas dengan sendirinya keluar dari wadah angkut benih menuju lingkungan air kolam. Penebaran benih ini bisa dilakukan pagi atau sore hari.
4. Manajemen Pakan
Ada beberapa ketentuan yang harus Anda perhatikan dalam pemberian pakan untuk benih lele hingga tumbuh besar dan siap panen, di antaranya:
1) Setelah ditebar, benih dipuasakan selama 2 hari untuk proses adaptasi dengan lingkungan baru hingga lambung benar-benar kosong.
2) Berikan pakan pertama kali dengan maksimal, yakni sebanyak 2,5% dari bobot biomassa.
3) Selain probiotik, lakukan pengapuran 7 hari sekali di bulan pertama, dan setiap 5 hari sekali pada bulan berikutnya, dengan dosis 200 gram per m3 air.
4) Tambahkan tepung terigu / tepung beras / tapioka sebanyak 240 gram per 10 kilogram pakan yang diberikan, tujuannya untuk memenuhi unsur C di dalam kolam.
5) Berikan aerasi yang yang kuat di dasar kolam hingga permukaan air untuk mempercepat proses pengadukan hingga terbentuk flok.
6) Sebelum diberikan ke kolam, pakan difermentasi terlebih dahulu menggunakan probiotik jenis Lactobacillus selama 2 hari atau maksimal 7 hari. Dengan komposisi 2 cc probiotik per kilogram pakan yang diberikan, dan air bersih sebanyak 25% dari berat pakan. Kemudian campur hingga merata.
7) Pemberian pakan diberikan 2 kali sehari (pagi dan sore) dengan porsi 80% dari daya kenyang ikan, sesuai dengan tabel perhitungan program pakan ikan lele berikut:
8) Pemberian pakan yang sesuai dengan dosis ditandai dengan tidak adanya lele yang menggantung / telentang di permukaan air dalam waktu 1-2 jam setelah pemberian pakan.
9) Sebaiknya ikan tidak diberi pelet sehari dalam seminggu untuk memanfaatkan flok yang tersedia dimulai pada minggu kedua setelah penebaran.
Baca Juga: Rahasia Sukses Cara Ternak Bioflok Lele untuk Pemula
5. Pengelolaan Air
Pengelolaan air juga sangat penting dalam budidaya lele bioflok. Aktivitas pengelolaan air ini dilakukan dengan menambah probiotik ke dalam wadah budidaya, dengan jadwal pemberian probiotik dan dosis sesuai tabel berikut:
6. Pengendalian Hama dan Penyakit
Untuk pengendalian hama dan penyakit yang sering muncul pada budidaya lele bioflok ini, ada beberapa upaya yang harus dilakukan, antara lain:
a. Persiapan lahan / wadah budidaya yang baik, mulai dari tahap pengeringan, pengapuran, pembalikan tanah dasar, dan lainnya.
b. Desinfeksi semua wadah dan peralatan sebelum dan selama proses produksi.
c. Menjaga kualitas air pemeliharaan tetap pada kondisi yang optimal.
d. Melakukan penebaran dengan padat tebar yang sesuai untuk mengurangi terjadinya kontak antar ikan secara langsung dan untuk menghindari kanibalisme.
e. Seleksi induk / benih dengan cara penggunaan benih yang sehat (melalui screening PCR) dan atau telah tersertifikasi.
f. Pemberian imunostimulan dan vitamin C untuk menjaga stamina dan meningkatkan ketahanan tubuh lele secara rutin selama pemeliharaan.
g. Vaksinasi terhadap induk / benih untuk meningkatkan kekebalan lele.
Jika ikan lele terlanjur terserang hama dan penyakit, maka tindakan pengobatan atau penyembuhan yang perlu dilakukan adalah:
- Pemberian dosis dan waktu pengobatan dengan tepat sesuai petunjuk yang tertera di label kemasan.
- Pengobatan dilakukan secara langsung pada ikan yang sakit, atau melalui pakan dengan menggunakan obat yang sudah terdaftar.
Adapun jenis-jenis penyakit yang bisa menyerang lele berupa penyakit merah, penyakit pseudomoniasis, penyakit saprolegniasis, penyakit bintik putih dan gatal.
7. Masa Panen
Budidaya lele bioflok bisa Anda lakukan jika lele sudah mencapai ukuran konsumsi setelah dibesarkan selama 50-80 hari. Yakni dengan ukuran panen antara 75-150 gram per ekornya.
Demikian penjelasan mengenai cara budidaya lele bioflok menggunakan metode yang sederhana. Anda bisa melakukannya di halaman belakang rumah atau pekarangan yang disiapkan untuk ternak lele bioflok. Perhatikan step by step-nya dengan baik agar produktivitas maksimal dan ikan terhindar dari hama dan penyakit, sehingga keuntungan yang didapat pun besar.
Jangan lupa untuk ikuti perkembangan website kita dengan LIKE Facebook, Follow Twitter dan Instagram TrikMerawat.com. Jangan Lupa Juga Untuk Follow Instagram dan Subscribe Channel Youtube penulis.
Leave a Comment