Butternut squash disebut juga sebagai tanaman labu madu di Indonesia. Memiliki bentuk yang unik seperti lampu bohlam atau kacang, dan rasa yang manis dengan tekstur buah yang lembut. Butternut squash umumnya ditemukan di pasar eksklusif seperti swalayan dengan harga jual yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan budidaya butternut squash di Indonesia masih sangat terbatas sehingga berdampak terhadap harga jualnya yang tinggi.
Labu madu memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Salah satunya adalah sebagai makanan pendamping ASI karena buah ini memiliki kandungan serat tinggi, beta karoten, vitamin A dan B kompleks, serta antioksidan. Meski disebut sebagai buah, akan tetapi butternut squash dikonsumsi selayaknya sayuran yang bisa dipanggang, ditumis, dimasak sebagai sup, atau digunakan dalam bahan pembuatan roti, muffin, dan pai.
Keuntungan dari budidaya labu madu terletak pada harga jualnya yang tinggi, yaitu Rp70.000 per kilogram. Meski begitu cara budidayanya sebenarnya tidak sulit, justru hampir sama dengan budidaya labu atau waluh pada umumnya. Mendapatkan benih labu madu yang berkualitaspun sekarang cukup mudah karena bibit lokal saja sudah memiliki kualitas sama bagusnya dengan kualitas bibit impor.
Baca Juga : 7 Cara Budidaya Labu Kuning Agar Cepat Panen dan Untung Besar
Tahapan Budidaya Butternut Squash bagi Pemula
Budidaya labu madu dilakukan melalui 5 tahapan, yaitu persiapan lahan, penyemaian benih, penanaman, pemeliharaan hingga pemanenan. Adapun caranya bisa dibaca berikut ini.
1. Persiapan Lahan
Jika ingin melakukan budidaya labu madu, hal pertama yang harus dilakukan adalah persiapan lahan untuk penanaman. Lahan yang dipilih sebaiknya berada di tempat terbuka yang tidak ternaungi dengan pohon, mengingat labu madu sangat suka dengan cahaya. Lahan kemudian dibersihkan dari rerumputan liar dan gulma, kemudian dilakukan penggemburan tanah.
Cara melakukan penggemburan tanah adalah dengan mencangkulnya. Tanah yang sudah digemburkan dibuat bedengan dengan panjang sesuai ukuran lahan, lebar 1 meter dan tinggi bedengan 20-40cm. Buat jarak antar bedengan sepanjang 70-100 cm sebagai saluran drainase.
Bedengan yang sudah dibuat, kemudian ditaburi dengan dolomit sebanyak 10 karung per hektar. Setelah itu bedengan ditaburi juga dengan pupuk kandang sebanyak 8 sampai 10 ton per hektar atau 0,5 hingga 1 kg per lubang tanaman, lalu aduk atau campur hingga rata. Biarkan lahan selama seminggu, semprot terlebih dahulu dengan EM-4 sesuai dosis, lalu tutup bedengan dengan mulsa.
Usai dipasangi mulsa, buatlah lubang tanam dengan jarak sekitar 50 sampai 65 cm per tanaman. Lubang bisa dibuat dalam satu baris di tengah bedengan, atau dua baris dengan sistem zigzag.
2. Penyemaian Benih
Setelah persiapan lahan, berikutnya yang perlu dilakukan adalah penyemaian benih labu madu. Benih labu madu yang sudah didapatkan, harus disemai terlebih dahulu sebelum ditanam ke lahan. Media penyemaian berupa tanah gembur yang telah diayak, kemudian dicampur dengan pupuk kandang atau pupuk kompos yang sudah diayak pula, setelah itu media diaduk hingga rata.
Kemudian persiapkan juga polybag sebagai wadah untuk penyemaian benih yang berukuran kecil dengan diameter 5cm. Pastikan bagian dasar polybag sudah dilubangi. Selain menggunakan polybag, penyemaian bisa juga menggunakan tray semai.
Media penyemaian kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang telah dipersiapkan. Lalu siram media secara merata, pastikan tidak sampai menggenang. Lalu buat lubang tanam dengan kedalaman sekitar 0,5 sampai 1 cm. Masukkan biji butternut squash ke dalam lubang, lalu tutup dengan ditaburi tanah halus.
Tempatkan wadah penyemaian di tempat yang mendapat intensitas matahari 50%, atau di area yang terkena sinar matahari langsung dengan dilindungi plastik transparan sebagai naungan. Dalam waktu 3 sampai 5 hari, biji akan mulai berkecambah. Lakukan penyiraman setiap hari hingga benih berusia 2 sampai 3 minggu untuk siap dipindah ke lahan.
Baca Juga : Panduan Umum Cara Menanam Buah Naga di Segala Tempat
3. Penanaman
Setelah melalui proses penyemaian, benih yang sudah tumbuh kecambah dengan usia 2 sampai 3 minggu sudah siap untuk ditanam ke lahan. Penanaman sebaiknya dilakukan saat musim kemarau, saat pagi atau sore hari saat matahari tidak terlalu terik. Siram terlebih dahulu media tanamnya, lalu tanam bibit dengan cara membuka polybag dengan hati-hati, lalu dimasukkan ke dalam lubang tanam. Tutup bibit dengan tanah sambil dipadatkan supaya tumbuh tegak. Jika dalam waktu 3 sampai 7 hari terdapat bibit yang mati, segera lakukan penyulaman dengan bibit baru.
Hindari menanam labu madu saat musim penghujan. Dikarenakan tanah yang terlalu lembap akibat hujan dapat menyebabkan busuk pada tanaman.
4. Perawatan dan Pemeliharaan
Setelah bibit telah ditanam, yang perlu dilakukan berikutnya adalah perawatan dan pemeliharaan. Meliputi penyiraman, pemupukan, pengajiran, pemangkasan, hingga pengendalian hama dan penyakit. Jika dilakukan pemeliharaan secara benar, maka hasil panennya pun bisa didapat optimal.
a. Penyiraman
Supaya hasil panennya optimal, tanaman butternut squash membutuhkan penyiraman yang rutin. Penyiraman sebenarnya disesuaikan dengan kondisi cuaca. Di musim kemarau, penyiraman hendaknya dilakukan sebanyak 2 kali sehari. Sedangkan di musim hujan dikurangi menjadi 1 kali sehari atau cukup dengan mengandalkan air hujan.
b. Pemupukan
Pemupukan adalah tahapan yang paling penting dalam budidaya butternut squash. Tanaman ini dapat menghasilkan kualitas buah yang bagus apabila diberi pupuk susulan sesuai masa pertumbuhannya. Pemupukan susulan dimulai saat usia tanaman 1 sampai 10 hari setelah tanam, yaitu menggunakan NPK sebanyak 2 sampai 3 gram per tanaman yang diberikan dengan cara dikocor atayu ditabur di sekitar tanaman. Fungsinya adalah untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman labu madu.
Pemupukan susulan dilakukan tiap 2 sampai 4 minggu sekali menggunakan NPK 15-15-15 dengan dosis sebanyak 1 sendok makan yang dilarutkan pada air 500 liter dan dikocorkan pada tanaman sebanyak 200ml per tanaman.
c. Pengajiran
Pemasangan ajir perlu dilakukan untuk budidaya labu madu. Dikarenakan tanaman ini tumbuh merambat, sehingga memerlukan ajir atau para-para supaya tanaman dapat tumbuh optimal sesuai dengan yang dikehendaki.
Ajir atau para-para dibuat dengan menggunakan bambu yang kuat dengan ukuran tinggi 170 sampai 200 cm. Ajir dibuat seperti huruf V terbalik. Pemasangan ajir atau para-para dilakukan saat usia tanaman mendapat 15 hari setelah tanam.
d. Pengendalian Hama dan Penyakit
Berikutnya adalah pengendalian OPT dengan melakukan penyemprotan pestisida dan fungisida dosis rendah secara rutin mulai tanaman berusia 1 bulan setelah tanam hingga tanaman menjelang berbuah. Penyemprotan dihentikan pada saat menjelang panen.
Pemangkasan juga perlu dilakukan supaya tanaman cepat menghasilkan bunga dan buah.
Baca Juga : Teknik Jitu Pembibitan Budidaya Strawberry Terbukti Panen Cepat
5. Pemanenan
Butternut squash sudah dapat dipanen saat mencapai usia 3 bulan atau 85 sampai 90 hari setelah tanam. Ciri-ciri labu madu siap panen terlihat dari warna pada tangkai pangkal buahnya yang sudah mulai menguning hingga kecoklatan, dan buah akan berbunyi seperti berdenting setelah dipukul. Buah yang sudah dipanen dibiarkan selama minimal 2 bulan supaya rasanya menjadi lebih manis.
Demikian penjelasan mengenai cara budidaya butternut squash. Semoga bermanfaat.
Jangan lupa untuk ikuti perkembangan website kita dengan LIKE Facebook, Follow Twitter dan Instagram TrikMerawat.com. Jangan Lupa Juga Untuk Follow Instagram dan Subscribe Channel Youtube penulis.
Leave a Comment