Sejak berabad-abad lalu, bekicot sudah banyak digunakan sebagai media pengobatan tradisional yang ampuh mengatasi sejumlah penyakit manusia. Bahkan, beberapa diantaranya digunakan sebagai media perawatan tubuh. Tidak mengherankan jika kemudian permintaan pasar terhadapnya meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun. Tentu, hal tersebut menjadi kesempatan emas bagi pelaku budidaya bekicot untuk melebarkan sayap usahanya.
Kilas Singkat Soal Bekicot
Hewan dengan nama latin Achatina Fulica ini berhabitat asli di Afrika Timur. Sebelum akhirnya tiba di Indonesia, bekicot telah melewati jalur persebaran yang panjang. Dimulai dari Afrika menuju India, Kepulauan Mauritius, Malaysia, dan akhirnya sampai di Indonesia.
Meski populasinya terus meningkat setiap waktunya, namun masih banyak masyarakat Indonesia yang belum memahami manfaat dari bekicot kala itu. Sehingga mereka cenderung acuh tak acuh ketika menemukannya di sawah atau rawa-rawa.
Seiring dengan berjalannya waktu dan banyaknya studi yang meneliti tentang hewan ini, masyarakat mulai menyadari banyaknya manfaat yang bisa mereka peroleh dari bekicot. Mulai dari asupan protein tinggi yang baik untuk pembentukan sel dan jaringan, media pengobatan tradisional untuk berbagai penyakit layaknya sakit jantung, gatal-gatal, sakit gigi, maupun radang selaput mata. Selain itu, cangkang bekicot juga bisa dijadikan sebagai obat untuk mengatasi tumor.
Baca Juga : Trik Jitu Cara Budidaya Belut Termudah Hasil Panen Melimpah
7 Cara Budidaya Bekicot
Menilik banyaknya manfaat yang dijanjikan oleh bekicot dalam bidang kesehatan dan kecantikan. Tidak sedikit orang yang kemudian memulai bisnis pembudidayaan bekicot di rumah. Nah, berikut merupakan beberapa langkah dalam membudidayakan bekicot.
1. Pembuatan Kandang
Ketepatan temperatur di dalam kandang berperan penting dalam perkembangbiakan bekicot. Idealnya, kelembaban dan keteduhan yang tepat untuk membudidayakan bekicot berkisar antara 25 sampai 30 derajat celcius.
Ternak bekicot bisa dilangsungkan dengan 2 metode, yakni mencampurkan seluruh bekicot mulai dari bekicot kecil hingga bekicot besar ke dalam satu kandang, atau bisa juga dengan memisahkan keduanya dalam kandang berbeda. Untuk metode kedua, pelaku budidaya tentu harus mempersiapkan lebih banyak kandang sebagai wadah budidaya.
a. Kandang Kotak Kayu
Jenis kayu yang biasanya digunakan untuk pembuatan kandang bekicot adalah kayu kaso berukuran 1 x 1 meter. Bagian dindingnya bisa dibangun dengan kawat kasa, sementara bagian atasnya bisa ditutupi dengan atap supaya keteduhan dan kelembaban di dalam kandang tetap terjaga.
b. Kandang Bak Semen
Dibuat secara permanen, kandang bak semen memiliki bentuk yang serupa dengan kandang kayu. Demi menjaga kelembaban di dalam ruangan, penambahan media tanah dan cacing bisa menjadi solusi alternatif. Disamping itu, keberadaan cacing tanah juga bisa dimanfaatkan sebagai penyerap kotoran bekicot sekaligus menjadi pakan tambahannya.
c. Kandang Galian Tanah
Kandang galian tanah bisa dibangun di bawah pohon besar nan teduh. Cukup dengan menggali tanah tersebut dengan kedalaman sekitar 1 meter. Kemudian, tambahkan lapisan pasir atau semen pada bagian dinding-dindingnya. Keteduhan di dalam kandang bisa diciptakan dengan pengadaan penutup dari bedeng.
2. Proses Pembibitan
Perlu diketahui, beberapa jenis bekicot tidak bisa dibudidayakan di Indonesia. Adapun jenis bekicot yang mampu beradaptasi dengan iklim nusantara ialah jenis Achatina Variegata dan Achatina Fulica.
Setelah memahami jenis bekicot mana yang sekiranya bisa diternakkan, kini saatnya untuk memilih bibit unggul dari jenis bekicot itu. Pada fase ini, pelaku budidaya bisa mengumpulkan langsung bibit bekicot dari daerah tempat tinggalnya. Sebut saja persawahan, perkebunan, semak-semak, atau tempat lain dengan kelembaban yang mumpuni.
Kategori bibit bekicot yang bisa dikatakan unggul ialah memiliki berat antara 75 sampai 100 gram per ekornya dan tidak mempunyai cacat fisik sedikitpun.
3. Proses Reproduksi Bekicot
Setelah itu, lakukan proses reproduksi terhadap bekicot yang telah berusia 6 hingga 7 bulan. Di kala musim kawin tiba, para bekicot biasanya akan mencari lingkungan yang dianggapnya aman untuk bertelur. Mereka cenderung tidak membutuhkan tempat khusus, sehingga peternak tak perlu mengeluarkan uang lebih untuk itu.
Umumnya, setiap bekicot mampu menetaskan telur sekitar 50 sampai 100 butir telur dalam sekali kawin. Ukuran telur bekicot pun tidak terlalu besar, yakni kurang dari 2 mm.
Baca Juga : Teknik Budidaya Lobster Air Tawar Agar Mendapatkan Hasil Maksimal
4. Proses Bertelur
Saat proses bertelur, hewan melata ini akan langsung meninggalkan telurnya hingga mereka menetas dengan sendirinya. Waktu penetasan tiap-tiap telur bergantung pada kelembaban lingkungan, kondisi iklim, serta intensitas cahaya di tempat terkait.
Dengan komposisi yang pas, telur bekicot bisa menetas secara alami dalam kurun waktu lebih cepat. Namun ketika syarat sebagaimana disebutkan sebelumnya tidak terpenuhi dengan baik, penetasan telur bekicot diperkirakan akan memerlukan waktu yang lebih lama.
5. Melakukan Pemeliharaan dan Perawatan
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, ketika benih bekicot berhasil menetas, peternak dapat melakukan pemeliharaan dalam 2 metode, yakni mencampurkannya dengan bekicot lain yang sudah lebih besar atau memisahkannya berdasarkan ukuran dan usianya.
Tiap-tiap metode tentulah mempunyai keunggulan dan kekurangannya sendiri. Namun, sejumlah pelaku usaha ternak bekicot mengklaim jika memisahkan benih dengan bekicot besar di tempat berbeda lebih efektif untuk dilakukan.
Anak-anak bekicot dalam range usia 2-3 bulan sudah bisa dipindahkan ke dandang yang lebih besar. Guna memperoleh hasil bekicot berkualitas, pembudidaya perlu mengaplikasikan beberapa teknis pemeliharaan seperti:
- Menjaga kestabilan dan kelembaban lingkungan dengan tetap menutup atap/penutup kandang saat tidak dibutuhkan.
- Memberikan pakan berkualitas secara teratur. Misalnya saja pakan sehat seperti buah segar, sawi, bayam, mentimun, dan daun pepaya.
- Menjaga kandang tetap dalam keadaan aman, artinya tidak dimasuki oleh hewan lain yang dapat membahayakan eksistensi bekicot dalam kandang. Karena dapat memungkinkan hewan tersebut akan memangsa bekicot atau merusak cangkangnya.
6. Mencegah Hama dan Penyakit
Sepertinya, hingga saat ini belum banyak masalah yang ditimbulkan oleh hama dan penyakit ketika seseorang membudidayakan bekicot. Akan tetapi, hal yang dianggap mengancam kehidupan dari bekicot ialah bebek dan semut.
Baca Juga : Sebelum Budidaya Lele, Yuk Simak Cara Merawat Indukan Lele Agar Cepat Bertelur
7. Panen Bekicot
Bekicot mulai bisa dipanen ketika usianya mencapai 5-8 bulan dan memenuhi ciri-ciri cangkang berukuran 8-10 cm.
Terdapat banyak sekali cara memanen bekicot sesuai dengan permintaan dan kebutuhan pasar. Beberapa diantaranya langsung membeli bekicot lengkap dengan cangkangnya, sementara yang lainnya menghendaki untuk membeli dagingnya saja. Sehingga peternak harus memisahkan bagian cangkang dan dagingnya.
Biasanya, bekicot yang dipanen dagingnya saja digunakan untuk keperluan bahan baku pembuatan sate, keripik, dendeng, maupun olahan sedap lainnya. Dan bahkan, daging olahan bekicot sudah banyak ditemukan dalam kemasan kalengan di pasaran.
Tidak hanya itu saja, cangkang bekicot pun dapat dipasarkan sebagai bahan utama pembuatan tepung dan obat-obatan herbal. Dimana tepung bekicot sendiri kerap digunakan sebagai bahan tambahan opsional untuk pakan hewan ternak lainnya lantaran memiliki kandungan zat kapur di dalamnya.
Itulah sejumlah tahapan dalam budidaya bekicot yang baik dan benar. Bagaimana? Meski mudah dan terbilang cukup tabu, namun hasil yang bisa diperoleh dari usaha ini cukup menjanjikan loh!
Jangan lupa untuk ikuti perkembangan website kita dengan LIKE Facebook, Follow Twitter dan Instagram TrikMerawat.com. Jangan Lupa Juga Untuk Follow Instagram dan Subscribe Channel Youtube penulis.
Leave a Comment