Terdapat 2 metode budidaya yang kerap digunakan petani untuk berternak lele. Yang pertama ialah metode konvensional atau beternak lele secara tradisional. Dan yang kedua adalah bioflok lele, dimana metode ini bisa diterapkan pada lahan kecil namun menawarkan hasil panen yang lebih banyak bila dibandingkan dengan cara konvensional.
Apa Itu Bioflok?
Secara garis besar, bioflok merupakan sebuah teknik dalam budidaya ikan lele untuk meningkatkan kualitas air budidaya. Dalam prakteknya, teknik bioflok menggunakan bantuan dari mikroorganisme seperti fitoplankton dan bakteri heterotrof.
Teknologi bioflok akan memberikan kinerja yang optimal apabila perbandingan diantara unsur karbon dan nitrogen sesuai.
Mikroorganisme yang digunakan pada proses ini membutuhkan nitrogen organis dari sisa makanan dan kotoran ikan, sedangkan sumber karbon menjadi komponen yang perlu ditambahkan. Adapun sumber karbon yang dapat digunakan dalam budidaya lele adalah tetes tebu atau molases. Molasses sendiri termasuk ke dalam jenis gula sederhana, sehingga lebih mudah dan cepat dimanfaatkan oleh bakteri yang berkembang biak.
Dengan begitu, bakteri yang direncanakan akan digunakan untuk prosedur bioflok akan lebih cepat berkembang dibanding dengan fitoplankton atau bakteri-bakteri pengganggu lainnya.
Baca Juga : Trik Rahasia Cara Budidaya Lele Sangkuriang Cepat Panen
Mengapa harus Bioflok?
Setiap harinya, ikan lele yang ada di dalam kolam akan mengeluarkan kotoran. Kotoran ikan yang menumpuk akan membuat kondisi air semakin memburuk.
Pada fase ini, mikroorganisme seperti fitoplankton akan muncul secara alami dan memanfaatkan feses dari lele tadi, yakni mengurai kandungan nitrogen organiknya.
Lalu apakah fitoplankton saja cukup untuk mengurai nitrogen di dalam kolam? Nyatanya, jumlah feses yang sangat banyak dengan pertambahan yang cepat tidak bisa diimbangi oleh pertumbuhan dari fitoplankton. Sehingga, dalam upayanya menguraikan kotoran agar tidak mengganggu kehidupan ikan, fitoplankton membutuhkan bantuan dari bakteri lain. Dalam hal ini, bakteri nitrobacter dan nitrosomonas-lah yang sering digunakan.
Bakteri nitrosomonas akan mengurai amoniak (NH3) dan Amoniak terionisasi NH4+ menjadi nitrit. Kemudian, nitrobacter akan mengubah nitrit tadi menjadi nitrat (NO3).
Hasil akhir dari proses ini adalah nitrat, dimana kandungan ini tidak bisa dimakan oleh ikan. Dan jika kandungan nitrat cukup banyak, salinitas air akan menjadi tinggi.
Meskipun tidak bisa dimakan oleh ikan, nitrat dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Malah, nitrogen dalam bentuk nitrat memiliki peran yang lebih baik untuk tanaman dibandingkan dengan nitrogen berbentuk amonium.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa penambahan nitrosomonas dan juga nitrobacter pada bioflok sangatlah cocok jika dikombinasikan dengan teknik penanaman akuaponik.
Jenis bakteri yang digunakan pada teknologi bioflok berbeda dengan nitrobacter dan nitrosomonas. Biasanya, bakteri heterotrof-lah yang kerap dipakai dalam budidaya lele berteknologi bioflok. Adapun jenis bakterinya adalah bakteri bacillus.
Bakteri bacillus tadi akan memanfaatkan amoniak dari feses ikan untuk berkembang biak dan membentuk flok. Seiring dengan bertambahnya waktu, ukuran flok akan semakin membesar dan mengendap pada bagian dasar kolam ikan.
Karenanya, aerasi yang berperan sebagai agitator oksigen sangatlah bermanfaat untuk mengaduk flok tersebut.
Bersama dengan mikroorganisme lainnya, bakteri-bakteri yang ada di dalam kolam akan berkumpul dan membentuk flok. Nah, flok inilah bentuk olahan feses yang dapat dimakan oleh ikan.
Walau begitu, tidak ada jaminan pasti jika ikan lele akan selalu makan flok. Pada dasarnya, lele memang bisa memakan flok, tapi mereka cenderung mengkonsumsinya dalam jumlah yang sedikit.
Baca Juga : Cara Budidaya Lele Dumbo dari Awal Hingga Panen
Cara Ternak Bioflok Lele Untuk Pemula
Berikut ini merupakan beberapa tahapan dalam ternak lele menggunakan metode bioflok yang bisa diikuti.
1. Persiapan Kolam Lele Bioflok
Mempersiapkan kolam untuk budidaya ikan lele merupakan langkah awal yang perlu ditempuh oleh petani bioflok. Agar dapat menghemat biaya, kolam bisa dibuat dengan bahan terpal dan diperkuat oleh rangka besi atau bambu. Untuk ukurannya sendiri, disesuaikan dengan kapasitas lele yang akan dibudidayakan.
Sebagai patokan, biasanya ukuran 1 m3 kolam lele mampu menampung ikan hingga 1000 ekor. Akan berbeda ceritanya jika petani memilih untuk menggunakan metode konvensional dalam budidayanya. Dengan ukuran yang sama, kolam ikan hanya bisa ditinggali oleh 100 ikan lele saja.
Kemudian, berikan naungan atau atap pada kolam ikan. Ini bertujuan untuk menghindarkan pancaran sinar matahari langsung ataupun guyuran hujan.
Perlu dipahami, pancaran sinar matahari langsung dan guyuran hujan bisa mempengaruhi mutu air kolam menjadi tidak layak.
Tambahan peralatan yang harus diadakan untuk melengkapi fungsi kolam adalah mesin aerator atau alat yang digunakan untuk meniupkan oksigen ke dalam air kolam bioflok.
2. Persiapan Air Ternak Lele
Setelah kolam bioflok siap digunakan, langkah selanjutnya dalam budidaya ikan lele bioflok adalah mempersiapkan air untuk tempat tinggal ikan. Di hari pertama pengisian air, usahakan untuk mengisi kolam dengan ketinggian air 80-100 cm. Lalu, di hari kedua, tambahkan probiotik dengan dosis 5 ml/m3. Probiotik sendiri bisa dibeli dengan bebas di toko-toko perikanan atau pertanian di Indonesia. Adapun jenis probiotik yang disarankan adalah POC dan BMW.
Dilanjutkan pada hari ketiga, masukkan pakan untuk bakteri patogen (probiotik) berupa tetes tebu atau molase dengan dosis 250 ml/m3. Dihari yang sama pada malam harinya, tambahkan dolomite dengan dosis 150-200 gram/m3.
Tunggu hingga kurang lebih 7-10 hari agar mikroorganisme di dalam kolam bisa hidup dan berkembang dengan baik.
3. Penebaran Benih
Bibit lele yang digunakan hendaknya berasal dari indukan unggul yang sama. Indikator suatu benih sehat atau tidak bisa dilihat dari gerakannya yang aktif, organ tubuhnya yang seragam, warna dan ukurannya sama, serta memiliki bentuk proporsional sekitar 4-7 cm. Seusai menebar bibit lele ke dalam kolam, tambahkan probiotik dengan dosis 5 ml/m3 di keesokan harinya.
4. Perawatan Ikan Lele
Prosedur perawatan ikan lele dapat diterapkan setiap 10 hari sekali. Yakni dengan memberikan nutrisi berupa probiotik sebesar 5 ml/m3, ragi tape 2 butir/m3, dan 1 sendok ragi tempe untuk setiap m3. Serta dolomit sebanyak 200-300 gr/m3 di malam harinya.
Setelah ukuran ikan lele berhasil mencapai 12 cm, naikkan dosis obat untuk perawatan lele yang digunakan. Dengan rincian, 5ml/m3 probiotik, 2-3 sendok/m3 ragi tempe, 6-8 butir/m3 ragi tape, dan 200-300 gr/m3 dolomit.
Sebagai tambahan catatan, peternak disarankan untuk melarutkan ragi tempe dan ragi tape dengan air sebelum memasukkannya ke dalam kolam ikan.
Baca Juga : Teknik Khusus Budidaya Lele di Ember yang Terbukti Berhasil
5. Pemberian Pakan
Pemberian pakan ikan dapat diberikan setiap 2 kali dalam sehari, yakni di pagi dan sore hari, dengan dosis pakan 80% terhitung dari daya kenyang ikan lele.
Lalu, setelah flok terbentuk dalam kolam lele, pemberian pakan bisa dikurangi 30% dari pakan biasanya.
Itulah beberapa cara ternak ikan menggunakan teknik bioflok lele. Dengan hasil yang lebih banyak dan kualitas ikan yang lebih baik, maka keuntungan besar pun siap untuk segera diraih.
Jangan lupa untuk ikuti perkembangan website kita dengan LIKE Facebook, Follow Twitter dan Instagram TrikMerawat.com. Jangan Lupa Juga Untuk Follow Instagram dan Subscribe Channel Youtube penulis.
Leave a Comment